
NEWS

Festival Budaya Nusantara 2025 Digelar Secara Hybrid
Festival Budaya Nusantara 2025 Digelar Secara Hybrid

Festival Budaya Nusantara 2025 resmi dibuka pada 15 Juni 2025 di Jakarta dan akan berlangsung selama satu bulan penuh. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, gelaran tahun ini mengusung konsep hybrid—menggabungkan kegiatan secara langsung (luring) dan digital (daring)—sebagai upaya menjangkau masyarakat yang lebih luas di tengah era digitalisasi yang terus berkembang. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyatakan bahwa konsep hybrid dipilih agar budaya Nusantara tidak hanya dipelajari, tetapi juga dialami secara langsung dan virtual oleh generasi muda, diaspora Indonesia, dan masyarakat internasional.
Acara luring digelar di lima kota besar: Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Denpasar, dan Makassar. Masing-masing kota menjadi tuan rumah untuk rangkaian pameran budaya, pertunjukan seni, diskusi warisan budaya, serta workshop interaktif seperti membatik, menenun, hingga belajar gamelan. Sementara itu, platform daring diakses melalui situs resmi Festival Budaya Nusantara dan berbagai kanal media sosial, di mana masyarakat dapat menyaksikan siaran langsung pertunjukan, tur virtual museum, dan mengikuti kelas budaya secara interaktif.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Prof. Dr. Sutarna, menyampaikan bahwa pendekatan hybrid memungkinkan penguatan identitas budaya sekaligus menyelaraskan diri dengan kebutuhan zaman. Ia menegaskan bahwa festival ini menjadi bukti bahwa modernisasi bukan ancaman bagi budaya, melainkan jembatan untuk melestarikannya secara lebih luas. Bahkan, pihak penyelenggara mencatat peningkatan 40% pendaftaran peserta daring dari luar negeri dibanding tahun sebelumnya.
Dukungan teknologi turut menjadi sorotan. Festival ini menggandeng perusahaan teknologi lokal untuk mengembangkan pengalaman digital budaya berbasis realitas virtual dan augmented reality.
Festival Budaya Nusantara 2025 hybridisasi festival juga membuka ruang partisipasi yang lebih luas dari komunitas budaya lokal di berbagai daerah. Mereka dapat menampilkan karya budaya melalui format video, cerita digital, dan pertunjukan live streaming dari desa-desa adat mereka. Ini menjadi solusi bagi keterbatasan mobilitas dan anggaran yang sebelumnya menjadi hambatan untuk tampil dalam festival berskala nasional.
Ragam Budaya Dari Sabang Hingga Merauke Tampil Dalam Festival Budaya Nusantara 2025
Ragam Budaya Dari Sabang Hingga Merauke Tampil Dalam Festival Budaya Nusantara 2025 adalah keberhasilannya menghadirkan representasi budaya dari seluruh provinsi di Indonesia. Lebih dari 150 komunitas budaya berpartisipasi dalam festival ini, menampilkan kekayaan tradisi mulai dari tari, musik, kuliner, hingga bahasa daerah. Setiap hari, agenda festival dirancang untuk menampilkan tema berbeda berdasarkan wilayah budaya seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.
Panggung utama di Jakarta dipenuhi antusiasme penonton saat pertunjukan pembukaan menampilkan kolaborasi tari Saman Aceh, Reog Ponorogo, dan Cakalele Maluku dalam satu panggung. Kolaborasi ini menjadi simbol persatuan dalam keberagaman. Di sisi lain, di platform daring, pengunjung dapat menjelajah pameran budaya interaktif yang menyajikan sejarah, filosofi, dan perkembangan setiap tradisi.
Salah satu highlight daring adalah program “Kuliner Warisan Nusantara” yang menampilkan demo memasak makanan tradisional seperti Papeda, Rendang, Ikan Bakar Manado, dan Gudeg secara live oleh juru masak lokal. Setiap sesi memasak diselingi dengan penjelasan sejarah dan nilai budaya dari makanan tersebut. Program ini mendapat respons luar biasa dari diaspora Indonesia di luar negeri yang merasa rindu cita rasa tanah air.
Tak hanya itu, anak-anak dan pelajar pun dilibatkan dalam program “Belajar Budaya dari Rumah” yang disiarkan langsung setiap akhir pekan. Program ini mengajarkan lagu daerah, permainan tradisional, dan cerita rakyat melalui media animasi dan video edukatif. Inisiatif ini disambut positif oleh para orang tua dan guru yang mencari materi kebudayaan yang menarik dan relevan bagi generasi digital.
Platform daring festival juga menyediakan ruang interaksi komunitas. Forum diskusi, kuis budaya, hingga kompetisi video pendek menjadi wahana interaksi peserta dari berbagai latar belakang. Dengan ini, Festival Budaya Nusantara 2025 tidak hanya menjadi perayaan budaya, tetapi juga ajang kolaborasi lintas daerah dan lintas generasi yang mempererat rasa nasionalisme melalui teknologi.
Partisipasi Generasi Muda Jadi Sorotan: Budaya Sebagai Identitas Dan Peluang Karier
Partisipasi Generasi Muda Jadi Sorotan: Budaya Sebagai Identitas Dan Peluang Karier adalah meningkatnya partisipasi generasi muda. Dari data yang dihimpun panitia, 60% peserta daring dan 45% peserta luring berusia di bawah 35 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa anak muda semakin sadar akan pentingnya budaya sebagai bagian dari identitas sekaligus sebagai peluang ekonomi dan karier.
Komunitas kreatif dari kalangan mahasiswa dan pelajar turut memeriahkan festival dengan karya-karya inovatif seperti film pendek bertema budaya, komik digital legenda lokal, hingga desain busana modern berbasis motif tradisional. Pameran “Kreasi Muda Nusantara” di Bandung, misalnya, menyuguhkan koleksi fashion streetwear dengan motif ikat Flores dan batik Madura yang dirancang oleh mahasiswa seni rupa dan desainer muda.
Program mentorship juga digelar untuk menghubungkan seniman senior dengan kreator muda. Di Yogyakarta, sejumlah seniman tari dan karawitan membimbing kelompok pemuda dalam menciptakan karya kontemporer yang tetap berakar pada nilai-nilai budaya. Hasil karya ini ditampilkan dalam sesi “Ekspresi Budaya Baru” yang menggabungkan tradisi dengan teknologi seperti musik elektronik, mapping visual, dan multimedia.
Keterlibatan pemuda diaspora Indonesia juga patut dicatat. Melalui kanal daring, mahasiswa Indonesia di Australia, Belanda, dan Jepang menyelenggarakan mini-festival budaya di komunitas mereka sebagai bagian dari rangkaian Festival Budaya Nusantara. Mereka menampilkan tarian, kuliner, dan musik tradisional, sembari menyebarkan kesadaran budaya kepada masyarakat internasional.
Dengan tingginya minat generasi muda terhadap budaya, pemerintah berharap dapat mencetak lebih banyak pelaku budaya masa depan. Festival ini menjadi platform penting untuk menanamkan kesadaran, memberikan inspirasi, serta membuka jejaring yang dapat menunjang ekonomi kreatif berbasis budaya. Generasi muda kini tak lagi melihat budaya sebagai warisan masa lalu, tapi sebagai aset untuk masa depan.
Dampak Sosial-Ekonomi Festival: Menggerakkan UMKM Dan Pariwisata Berbasis Budaya
Dampak Sosial-Ekonomi Festival: Menggerakkan UMKM Dan Pariwisata Berbasis Budaya, terdapat dampak sosial-ekonomi yang signifikan. Terutama bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) serta sektor pariwisata. Pemerintah dan panitia festival secara khusus menggandeng lebih dari 1.000 UMKM budaya. Dari berbagai daerah untuk terlibat aktif dalam festival, baik secara langsung maupun digital.
Di lokasi festival, disediakan zona pasar budaya yang menampilkan produk kerajinan, kuliner, fashion etnik, serta produk kreatif berbasis budaya. Di Jakarta, zona ini mencatat transaksi harian rata-rata mencapai Rp 800 juta, menunjukkan antusiasme pengunjung dalam mendukung produk lokal. Produk-produk unggulan seperti keramik Kasongan, perhiasan perak Bali, hingga aromaterapi dari Papua laris manis dibeli oleh pengunjung.
Tak hanya menjual produk, UMKM juga diberi ruang untuk promosi dan kolaborasi. Melalui platform daring festival, mereka dapat membuka toko virtual yang terintegrasi dengan e-commerce lokal. Fitur interaktif seperti live shopping dan storytelling produk berhasil. Meningkatkan penjualan serta membangun brand awareness yang lebih luas bagi pelaku UMKM.
Dampak positif juga dirasakan oleh sektor pariwisata lokal. Kota-kota penyelenggara festival mengalami lonjakan kunjungan wisata domestik hingga 30% selama festival berlangsung. Hotel, restoran, transportasi lokal, dan pemandu wisata mendapatkan peningkatan penghasilan. Pemerintah daerah pun memanfaatkan momen ini untuk memperkenalkan destinasi wisata berbasis budaya seperti desa adat, museum lokal, dan situs sejarah.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mencatat bahwa festival ini menjadi contoh sinergi antara pelestarian budaya dan pemberdayaan ekonomi. Dengan menempatkan budaya sebagai pusat daya tarik, festival ini tidak hanya menghibur tetapi juga menggerakkan roda ekonomi masyarakat. Terlebih dengan konsep hybrid, peluang bisnis menjadi lebih inklusif dan berkelanjutan.
Festival Budaya Nusantara 2025 menunjukkan bahwa pelestarian budaya tidak harus meninggalkan aspek ekonomi. Justru, dengan pendekatan yang kreatif dan adaptif terhadap teknologi, budaya dapat menjadi motor utama. Pembangunan berkelanjutan dan penguatan jati diri bangsa dari Festival Budaya Nusantara 2025.