Sabtu, 19 Juli 2025
Kampung Literasi Diresmikan Di 100 Kabupaten
Kampung Literasi Diresmikan Di 100 Kabupaten

Kampung Literasi Diresmikan Di 100 Kabupaten

Kampung Literasi Diresmikan Di 100 Kabupaten

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Kampung Literasi Diresmikan Di 100 Kabupaten
Kampung Literasi Diresmikan Di 100 Kabupaten

Kampung Literasi melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) secara resmi meluncurkan program Kampung Literasi di 100 kabupaten di Indonesia sebagai bagian dari upaya nasional meningkatkan budaya literasi masyarakat. Inisiatif ini merupakan tindak lanjut dari Gerakan Literasi Nasional yang telah dicanangkan sejak beberapa tahun lalu, dengan fokus pada wilayah yang memiliki indeks literasi rendah dan keterbatasan akses terhadap bahan bacaan.

Kampung Literasi dirancang sebagai pusat kegiatan berbasis masyarakat yang menggabungkan penyediaan buku, pelatihan keterampilan, dan aktivitas edukatif lainnya. Program ini berlandaskan pada prinsip kolaborasi antara pemerintah, masyarakat lokal, lembaga pendidikan, dan organisasi non-pemerintah. Di setiap kabupaten yang ditunjuk, satu hingga tiga desa ditetapkan sebagai kampung literasi dengan dukungan sarana perpustakaan, ruang komunitas, dan pelatihan untuk relawan.

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Iwan Syahril, menyatakan bahwa program ini bertujuan untuk mengikis kesenjangan literasi yang masih nyata di banyak wilayah Indonesia, terutama di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Menurutnya, peningkatan minat baca harus dimulai dari level komunitas dan tidak hanya dibebankan pada institusi pendidikan formal.

“Literasi bukan hanya soal membaca buku, tetapi bagaimana masyarakat bisa mengakses informasi, mengolahnya, dan menggunakannya untuk meningkatkan kualitas hidup. Kampung Literasi adalah bentuk nyata dari pendekatan pemberdayaan berbasis lokal yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama,” ujarnya saat peresmian program di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur.

Kampung Literasi dengan program ini didukung oleh pengadaan ribuan buku bacaan bermutu, baik cetak maupun digital, pelatihan fasilitator literasi, dan integrasi dengan kegiatan sosial lainnya seperti pelatihan kewirausahaan, pelestarian budaya lokal, dan kegiatan anak. Di beberapa daerah, kampung literasi juga dilengkapi dengan internet gratis untuk mendukung literasi digital.

Masyarakat Sebagai Motor Penggerak Kampung Literasi: Peran Komunitas Dalam Implementasi Program

Masyarakat Sebagai Motor Penggerak Kampung Literasi: Peran Komunitas Dalam Implementasi Program sangat bergantung pada partisipasi aktif masyarakat lokal. Pemerintah mendorong pembentukan Kelompok Literasi Masyarakat (KLM) sebagai pengelola kegiatan literasi di tingkat desa. KLM ini terdiri dari relawan guru, tokoh adat, mahasiswa, pegiat literasi, dan warga desa yang peduli terhadap pendidikan dan informasi.

Setiap kampung literasi memiliki karakteristik yang disesuaikan dengan budaya, kondisi sosial, dan kebutuhan lokal. Misalnya, di Kabupaten Bone Bolango, Sulawesi, kampung literasi diberi sentuhan budaya Bugis melalui koleksi buku cerita rakyat dan naskah lontara. Sementara di Papua, kegiatan literasi diselingi dengan pelatihan bahasa Indonesia bagi anak-anak usia dini.

Kegiatan rutin yang digelar di antara lain adalah kelas membaca bagi anak-anak, diskusi buku bagi remaja dan ibu rumah tangga, pelatihan menulis cerita lokal, serta pemutaran film edukatif. Untuk meningkatkan daya tarik, banyak kampung literasi menggabungkan kegiatan edukasi dengan kesenian lokal seperti pertunjukan musik tradisional, lomba pantun, dan dongeng.

Relawan menjadi aktor utama dalam menjalankan kegiatan harian. Pemerintah melalui Kemendikbudristek memberikan pelatihan dasar mengenai manajemen komunitas, teknik mengajar membaca, dan penyusunan kegiatan berbasis literasi. Dalam beberapa kasus, mahasiswa program Kampus Merdeka juga ditugaskan untuk mendampingi ini sebagai bentuk pengabdian masyarakat.

“Peran serta masyarakat sangat krusial. Pemerintah hanya memfasilitasi, tapi keberlangsungan kegiatan sangat ditentukan oleh semangat gotong royong,” ujar Linda, salah satu fasilitator di Kampung Literasi Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Ia menambahkan bahwa kampung literasi telah menjadi ruang aman dan produktif, terutama bagi anak-anak dan ibu rumah tangga yang sebelumnya tidak memiliki akses terhadap bahan bacaan.

Selain membaca, kampung literasi juga menjadi pusat pembelajaran kontekstual. Banyak kampung memadukan literasi dengan pelatihan keterampilan seperti membuat kerajinan tangan, menulis cerita rakyat, hingga pengolahan hasil pertanian dan perikanan. Dengan demikian, literasi tidak hanya dipahami sebagai kemampuan membaca, tetapi juga sebagai alat untuk meningkatkan kesejahteraan.

Tantangan Pelaksanaan: Infrastruktur, Akses Buku, Dan Keberlanjutan

Tantangan Pelaksanaan: Infrastruktur, Akses Buku, Dan Keberlanjutan, tantangan besar masih membayangi implementasi Kampung Literasi, terutama di wilayah terpencil. Akses infrastruktur seperti jalan, listrik, dan internet yang terbatas menghambat pengiriman buku, penyelenggaraan kegiatan daring, hingga keberadaan pustakawan terlatih. Di beberapa kabupaten, perpustakaan desa masih kosong atau belum memiliki koleksi buku yang memadai.

Masalah lainnya adalah keterbatasan dana operasional dan sumber daya manusia. Banyak  yang hanya memiliki satu atau dua relawan aktif. Tanpa dukungan dana rutin, mereka kesulitan menyelenggarakan program mingguan. Beberapa komunitas bahkan harus meminjam tempat di rumah warga karena belum memiliki ruang literasi sendiri.

Kemendikbudristek menyadari keterbatasan ini dan mulai menjalin kerja sama dengan sektor swasta, donor internasional, dan pemerintah daerah. Program Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan mulai diarahkan untuk mendukung literasi masyarakat. Sementara itu, beberapa pemerintah kabupaten telah mengalokasikan dana desa untuk kegiatan literasi.

Masalah literasi digital juga menjadi perhatian. Meskipun ada bantuan perangkat komputer dan jaringan internet, banyak masyarakat yang belum familiar dengan teknologi digital. Diperlukan pelatihan tambahan agar mereka bisa mengakses e-book, informasi daring, dan layanan digital lainnya. Literasi digital juga harus dibarengi dengan edukasi tentang keamanan siber dan literasi media.

Kendala bahasa juga muncul di daerah yang memiliki bahasa ibu berbeda dengan bahasa Indonesia. Anak-anak usia dini kesulitan memahami buku berbahasa Indonesia. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah mulai mendorong penerbitan buku dalam bahasa daerah dan pelatihan guru bahasa.

Namun demikian, tantangan-tantangan tersebut justru menjadi peluang untuk memperkuat kolaborasi lintas sektor. “Setiap tantangan bisa menjadi jalan menuju solusi yang lebih baik jika dikerjakan bersama-sama,” ungkap Anita, koordinator Kampung Literasi Kabupaten Manggarai. Ia berharap ke depan, ini tidak hanya menjadi pusat baca, tetapi juga pusat belajar sepanjang hayat.

Harapan Masa Depan: Literasi Sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa

Harapan Masa Depan: Literasi Sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa sebagai fondasi penting dalam menciptakan masyarakat yang cerdas, kritis, dan mandiri. Dengan memperluas akses bacaan dan ruang edukatif di tingkat komunitas, Indonesia bisa mempersiapkan generasi yang lebih siap menghadapi tantangan global. Literasi bukan hanya kebutuhan pendidikan, tetapi juga syarat penting bagi partisipasi aktif dalam kehidupan sosial dan demokrasi.

Melalui kampung literasi, masyarakat diharapkan mampu membangun budaya baca dan tulis yang kuat sejak dini. Anak-anak akan tumbuh dengan minat belajar yang tinggi, remaja menjadi generasi kreatif, dan orang dewasa mampu mengakses informasi untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Hal ini berdampak langsung pada kualitas sumber daya manusia secara nasional.

Program ini juga dapat menjadi pintu masuk bagi inovasi lain, seperti literasi keuangan, literasi lingkungan, dan literasi kesehatan. Banyak kampung literasi mulai mengintegrasikan edukasi seputar pengelolaan keuangan keluarga, pentingnya gizi seimbang, dan gaya hidup ramah lingkungan dalam kegiatan mereka. Dengan demikian, literasi menjadi alat transformasi sosial yang komprehensif.

Kemendikbudristek menargetkan penambahan 100 kampung literasi baru setiap tahun hingga 2029. Dengan target 1.000 kampung literasi tersebar di seluruh provinsi, program ini diharapkan menjadi motor penggerak budaya literasi nasional. Pemerintah juga tengah merancang sistem monitoring dan evaluasi berbasis digital agar program ini dapat berjalan secara transparan dan akuntabel.

Partisipasi semua pihak, mulai dari lembaga pendidikan, keluarga, dunia usaha, hingga media massa, dibutuhkan untuk memastikan keberhasilan program ini. Seperti disampaikan Mendikbudristek Nadiem Makarim, “Membangun bangsa dimulai dari satu buku, satu anak, dan satu ruang baca di kampung. Mari kita jadikan literasi sebagai napas peradaban bangsa” dengan Kampung Literasi.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait