
NEWS

Sosok Try Sutrisno: Dukung Pencopotan Gibran
Sosok Try Sutrisno: Dukung Pencopotan Gibran
Sosok Try Sutrisno adalah salah satu tokoh militer dan politik senior Indonesia yang memiliki rekam jejak panjang dalam dinamika pemerintahan dan pertahanan nasional. Lahir pada 15 November 1935 di Surabaya, Try memulai karier militernya di Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) dan mencapai puncak karier sebagai Panglima ABRI (sekarang TNI) pada era pemerintahan Orde Baru di bawah Presiden Soeharto. Sebagai Panglima ABRI, ia memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas politik dan keamanan nasional, khususnya di masa transisi dan tantangan sosial-politik yang kompleks.
Setelah menyelesaikan tugasnya sebagai Panglima ABRI, Try Sutrisno diangkat menjadi Wakil Presiden RI pada periode 1993–1998 mendampingi Presiden Soeharto. Dalam kapasitasnya sebagai Wapres, ia dikenal sebagai figur yang tegas namun tetap menjunjung tinggi etika politik. Ia sering kali mengemukakan pandangannya tentang pentingnya kepemimpinan yang berintegritas serta perlunya menghindari praktik penyalahgunaan kekuasaan.
Seiring berjalannya waktu, meskipun tidak lagi aktif dalam panggung politik praktis, Try tetap menjadi tokoh yang didengar, terutama dalam isu-isu kebangsaan dan kenegaraan. Ia beberapa kali memberikan pandangannya terhadap dinamika politik tanah air, terutama dalam konteks peran generasi muda, etika pemerintahan, serta tantangan terhadap konstitusi dan demokrasi.
Dukungan Try Sutrisno terhadap upaya pencopotan Gibran Rakabuming Raka dari posisinya sebagai calon wakil presiden dianggap mengejutkan oleh sebagian kalangan. Namun, bagi yang mengikuti pandangan dan prinsip Try selama ini, langkah tersebut dinilai konsisten dengan idealismenya terhadap etika bernegara dan supremasi hukum. Ia menilai bahwa pencalonan Gibran sarat kontroversi, khususnya dalam hal prosedural dan dugaan pelanggaran etika yang melibatkan Mahkamah Konstitusi.
Sosok Try Sutrisno juga menekankan pentingnya menjaga independensi lembaga-lembaga negara, termasuk Mahkamah Konstitusi dan Komisi Pemilihan Umum. Ia mengingatkan bahwa intervensi politik dalam lembaga hukum akan merusak sendi-sendi demokrasi. Oleh karena itu, Try tidak segan menyatakan dukungan terhadap upaya hukum maupun pengawasan publik dalam rangka menjaga marwah konstitusi.
Pernyataan Kontroversial: Prinsip Moral Dan Demokrasi Dari Sosok Try Sutrisno
Pernyataan Kontroversial: Prinsip Moral Dan Demokrasi Dari Sosok Try Sutrisno terhadap pencopotan Gibran adalah pernyataannya yang dianggap tajam dan kontroversial. Dalam salah satu wawancara publik, Try mengungkapkan bahwa “demokrasi kita bisa runtuh kalau elite politik terus menghalalkan segala cara untuk mempertahankan kekuasaan.” Pernyataan ini dinilai sebagai kritik langsung terhadap proses politik yang dianggap tidak adil, manipulatif, dan jauh dari semangat reformasi.
Try menyatakan bahwa keterlibatan kekuasaan dalam proses hukum untuk meloloskan pencalonan Gibran adalah bentuk penyimpangan yang nyata dari prinsip moral dalam demokrasi. Ia mengkritisi keputusan Mahkamah Konstitusi yang membuka celah bagi Gibran untuk maju sebagai cawapres, dengan menyebutnya sebagai contoh buruk tentang bagaimana hukum bisa dimanfaatkan untuk kepentingan politik kekuasaan. Kritik tersebut mendapat tanggapan beragam dari kalangan politik, akademisi, hingga masyarakat umum.
Bagi Try, persoalan ini bukan sekadar persoalan individu Gibran, melainkan persoalan prinsip dan masa depan demokrasi Indonesia. Ia berulang kali menyatakan bahwa elite politik seharusnya memberikan teladan dalam menjunjung etika dan aturan hukum, bukan justru menjadi contoh buruk dalam berpolitik. Dalam salah satu pidatonya di forum kebangsaan, Try bahkan menyatakan bahwa “politik yang baik tidak akan lahir dari proses yang buruk.”
Pernyataan tersebut memicu debat publik yang luas. Sebagian kalangan menyambut positif ketegasan Try Sutrisno karena dianggap sebagai suara moral dari tokoh senior yang tidak memiliki kepentingan politik praktis. Namun, tidak sedikit pula yang menganggap pernyataan Try terlalu keras dan bisa menambah polarisasi politik di tengah masyarakat. Meskipun demikian, Try tetap konsisten dengan pendiriannya dan menolak untuk meralat atau melembutkan kritiknya.
Ia juga mendorong masyarakat sipil, tokoh agama, dan mahasiswa untuk aktif mengawasi proses politik, serta berani menyuarakan kritik terhadap kebijakan yang menyimpang dari nilai-nilai konstitusi. Bagi Try, suara publik adalah benteng terakhir dari demokrasi, dan ia merasa terpanggil untuk terus menyuarakan kebenaran meskipun tidak lagi memiliki jabatan formal di pemerintahan.
Dinamika Politik Internal Dan Respons Elite
Dinamika Politik Internal Dan Respons Elite partai politik dan kelompok kekuasaan. Sejumlah tokoh politik yang selama ini dikenal dekat dengan lingkaran kekuasaan memberikan respons keras terhadap pandangan Try, menyebutnya sebagai pandangan yang bias dan tidak memahami dinamika politik kekinian. Namun, tak sedikit pula yang melihat bahwa pernyataan Try justru mengingatkan pentingnya menjaga integritas sistem politik nasional.
Sejumlah politisi dari partai pengusung pasangan Prabowo-Gibran menyayangkan pernyataan Try Sutrisno, dan menyebutnya sebagai “tanggapan sepihak” yang tidak mempertimbangkan konteks penuh. Mereka menilai bahwa keputusan Mahkamah Konstitusi adalah sah dan tidak bisa dijadikan dasar untuk mendelegitimasi pencalonan Gibran. Beberapa menyebut bahwa Try telah termakan narasi oposisi yang ingin menggagalkan kemenangan koalisi besar.
Namun, tokoh-tokoh dari kubu oposisi justru memberikan dukungan moral terhadap Try Sutrisno. Mereka menilai bahwa Try telah mengungkapkan suara hati rakyat yang kecewa terhadap proses politik yang sarat kepentingan. Bahkan beberapa tokoh reformis menyebut bahwa keberanian Try untuk menyuarakan kritik merupakan contoh nyata dari kepemimpinan moral yang dibutuhkan bangsa ini.
Di sisi lain, publik juga terbelah dalam menanggapi sikap Try. Di media sosial, diskusi mengenai pernyataan Try Sutrisno menjadi trending topic, dengan berbagai tagar yang saling bertentangan. Ada yang menganggapnya sebagai bentuk keberanian, ada pula yang menudingnya sebagai manuver politik terselubung. Meski demikian, pernyataan Try berhasil membuka ruang diskusi yang lebih luas tentang etika dalam pencalonan pemimpin nasional.
Pengamat politik menilai bahwa keberadaan tokoh senior seperti Try yang berani menyampaikan kritik dapat memperkuat demokrasi. Dalam sistem demokrasi yang sehat, kritik terhadap kekuasaan seharusnya tidak dianggap sebagai serangan, tetapi sebagai kontrol yang sah dan perlu. Mereka menilai bahwa pernyataan Try seharusnya menjadi momentum untuk merefleksikan kembali arah demokrasi Indonesia.
Harapan Dan Masa Depan Demokrasi Indonesia
Harapan Dan Masa Depan Demokrasi Indonesia sebagai salah satu arsitek reformasi dan penjaga konstitusi. Try menilai bahwa arah demokrasi bangsa ini tengah menghadapi tantangan besar. Terutama terkait integritas lembaga negara dan kualitas kepemimpinan politik.
Try meyakini bahwa demokrasi Indonesia membutuhkan penguatan kembali terhadap prinsip dasar: keadilan, keterbukaan, akuntabilitas, dan supremasi hukum. Ia memandang bahwa apabila prinsip-prinsip tersebut terus diabaikan dalam proses politik, maka Indonesia akan mengalami kemunduran demokratis. Dalam berbagai forum, Try mengingatkan bahwa krisis kepercayaan terhadap institusi negara dapat berdampak panjang terhadap stabilitas nasional.
Ia juga menyatakan harapannya agar pemuda dan generasi baru politik Indonesia mengambil pelajaran dari polemik ini. Bahwa untuk menjadi pemimpin tidak cukup hanya bermodalkan popularitas atau garis keturunan. Tetapi juga harus mampu menunjukkan komitmen terhadap etika dan tata kelola pemerintahan yang baik. Dalam hal ini, Try kembali menekankan pentingnya meritokrasi dalam politik nasional.
Sikap Try Sutrisno menjadi pemantik diskusi di berbagai kalangan akademisi, tokoh agama, hingga aktivis. Banyak yang mengapresiasi keberanian beliau menyampaikan kritik di tengah kultur politik yang cenderung menekan suara-suara berbeda. Beberapa kalangan menyebutnya sebagai “suara nurani bangsa” yang tetap setia pada cita-cita reformasi.
Melalui sikap dan pernyataannya, Try berharap proses hukum terhadap pencalonan Gibran dapat berjalan dengan adil dan objektif. Ia mendukung segala upaya yang dilakukan secara konstitusional, termasuk gugatan di Mahkamah Agung. Atau DKPP, sebagai bagian dari mekanisme demokrasi yang sehat. Try menolak segala bentuk kekerasan, agitasi politik, atau delegitimasi sepihak tanpa dasar hukum yang jelas.
Dengan ketegasan dan pengalaman panjangnya, Try Sutrisno. Telah memberikan warna dalam diskusi publik soal masa depan demokrasi Indonesia. Meski tak lagi berada di kursi kekuasaan, suaranya masih bergema. Sebagai pengingat bahwa demokrasi sejati bukan hanya tentang pemilu, tetapi juga tentang cara mencapainya menurut Sosok Try Sutrisno.